Sabtu, 10 Desember 2016

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENCOCOK DENGAN BERBAGAI POLA DI KELOMPOK A RA

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Salah satu amanat luhur yang tercantum dalam UUD 1945 adalah, "Mencerdaskan Kehidupan Bangsa." Setiap manusia memiliki potensi/bakat kecerdasan, tanggung jawab pendidik untuk memupuk dan mengembangkan secara sistematis. Langkah pemerintah untuk mewujudkan UUD 1945 tersebut adalah dengan membuat UU. No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal 1 butir 14 yang bunyinya : “Pendidikan Anak Usia Dini” adalah pembinaan untuk anak usia 0-6 tahun yang dilakukan dengan stimulasi pendidikan untuk membantu pertumbuhan jasmani dan rohani agar anak siap untuk mengikuti pendidikan selanjutnya. Pada usia 0-6 tahun (menurut UU. no. 20 tahun 2003) atau 0-8 tahun (menurut para pakar) adalah usia keemasan karena pada usia ini perkembangan otak percepatannya mencapai 80 % dari keseluruhan otak orang dewasa. (A. Ruhan, 2009:22) 
Anak usia 0-6 tahun merupakan sosok individu yang sedang berada dalam proses perkembangan. Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang perkembangan seorang individu. Pada masa ini, anak mengalami tumbuh kembang yang luar biasa, baik dari segi fisik motorik, emosi, kognitif maupun psikososial. Selain itu ditambah pula dengan kesenangannya dalam bereksplorasi dan seperti tak mengenal rasa takut, maka segala gerakan yang diajarkan pada anak akan dianggap sebagai satu permainan yang menyenangkan. Perkembangan anak berlangsung dalam proses yang holistik atau menyeluruh. Karena itu pemberian stimulasinya pun perlu berlangsung dalam kegiatan yang holistik. Bahkan dapat dikatakan perkembangan setiap aspek kejiwaan anak pada masa ini sangat didominasi oleh pengamatannya. Soemanto (2003:68)
Catron dan Allen dalam Yuliana Rurani, Sujiono (1999 : 23-26) menyebutkan bahwa terdapat 6 (enam) aspek perkembangan anak usia dini, yaitu kesadaran personal, kesehatan emosional, sosialisasi, komunikasi, kognisi dan ketrampilan motorik sangat penting dan harus di pertimbangkan sebagai fungsi interaksi.
Bermain dapat memacu perkembangan perseptual motorik pada beberapa area yaitu (1) Koordinasi mata-tangan, atau mata kaki, seperti saat menggambar, menulis, manipulasi objek, mencari jejak secara visual, melempar, menangkap, menendang. (2) Kemampuan motorik kasar, seperti gerak tubuh ketika berjalan, melompat, berbaris, meloncat, berlari, berjingkat, berguling-guling, merayap dan merangkak, (3) Kemampuan bukan motorik kasar (statis) seperti menekuk, meraih, bergiliran, memutar, meregangkan tubuh, jongkok, duduk, berdiri, bergoyang (4) Manajemen tubuh dan kontrol seperti menunjukkan kepekaan tubuh, kepekaan akan tempat, keseimbangan, kemampuan untuk memulai, berhenti, mengubah petunjuk Catron dan Allen, dalam Yuliana Rurani, Sujiono (1999 : 287-304).
Di kelompok A Xxxxxxxxxxxxxxmasih banyak anak yang kurang berminat pada aktifitas kegiatan motorik halus, terutama dalam mencocok karena anak di  Xxxxxxxxxxxxxxmasih ada perasaan takut dan kurang berani dalam mencocok dengan jarum. Padahal pada perkembangan seorang manusia, perkembangan motorik halus memegang peran yang sama pentingnya dengan perkembangan kognisi, perilaku sosial, dan kepribadian. Kemampuan motorik halus yang baik pada diri seseorang akan memudahkan seseorang tersebut untuk beraktifitas. Demikian juga halnya kemampuan motorik halus pada anak, sangat penting sekali dikembangkan.
Perkembangan motorik halus anak di  Xxxxxxxxxxxxxxdilakukan melalui kegiatan meronce, mencocok, melipat, menggunting, menempel dan sebagainya. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, 28 anak kelompok A  Xxxxxxxxxxxxxxkemampuan motorik halusnya masih kurang dari yang diharapkan guru. Hal ini dapat dilihat dari hasil anak, khususnya dalam mencocok yang masih belum beraturan dan hasil kegiatan mencocok yang masih berantakan dan kurang rapi. Salah satu kegiatan yang dapat diberikan kepada anak untuk mengembangkan motorik halusnya adalah mencocok karena dalam mencocok dapat melatih kordinasi mata, tangan dan konsentrasi serta lancar menulis dan mengasah kognitif anak. Dengan demikian judul penelitian ini adalah Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Mencocok Dengan Berbagai Pola Di Kelompok A RA Xxxxxxxxxxxxxx.
Berdasarkan uraian  di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: Motorik halus anak tidak sesuai dengan harapan guru seperti: Melakukan kegiatan dengan satu lengan, seperti mencorat-coret dengan alat tulis, Membuka halaman buku berukuran besar satu persatu, Memakai dan melepas sepatu berperekat/tanpa tali, Memakai dan melepas kaos kaki, Memutar pegangan pintu tidak bias sempurna, Anak kurang semangat dalam kegiatan mencocok dengan berbagai polaAnak cepat bosan dalam kegiatan mencocok berbagai pola.
Hal itu karena Guru tidak menggunakan metode yang bervariasi dalam kegiatan mencocok dengan berbagai pola, Guru kurang bisa memilih gambar yang bervariasi untuk  kegiatan mencocok.
B.  Rumusan Masalah  
              Dari analisis permasalahan diatas penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimanan caranya meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan mencocok dengan berbagai pola?
C.  Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan mencocok dengan berbagai pola.
D.  Manfaat Penelitian 
            Manfaat Penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.    Manfaat Teorits
Menambah pengetahuan dan dapat sebagai bahan perbandingan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan mencocok dengan berbagai pola
2.    Manfaat Praktis
Manfaat secara praktisnya adalah sebagai berikut;
a.    Siswa: meningkatkan meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan mencocok dengan berbagai pola
b.    Guru: upaya solusi bagi guru dalam kegiatan penelitian tindakan kelas dalam  rangka meningkatkan meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan mencocok dengan berbagai pola

c.    Sekolah: meningkatkan kemampuan motorik halus anak akan meningkatkan citra sekolah di mata masyarakat dan profesionalisme guru

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENCAP DENGAN MENGGUNAKAN BERBAGAI MEDIA PADA ANAK DIDIK KELOMPOK A RA

BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang  Masalah
Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Perkembangan motorik adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus yang berkoordinasi dengan otak dalam melakukan sesuatu kegiatan. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Lewat bermain terjadi stimulasi pertumbuhan otot-ototnya ketika anak melompat, melempar, atau berlari. Selain itu anak bermain dengan menggunakan seluruh emosi, perasaan, dan pikiranya. (must-august.blogspot.com/si-pemanfaatan-media.html).
Pendidikan di Taman kanak-kanak (TK) di laksanakan dengan prinsip “Bermain sambil belajar, atau belajar seraya bermain”. Sesuai dengan perkembangan, oleh sebab itu diharapkan seorang pendidik yang kreatif dan inovatif agar anak bisa merasa senang, tenang, aman dan nyaman selama dalam proses belajar mengajar. Karena bermain merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran. ( Prasetyono, 2008:23)
Dalam standar kompetensi kurikulum RA tercantum bahwa tujuan pendidikan ditaman kanak-kanak adalah membantu mengembangkan berbagai potensi anak baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian, dan seni untuk memasuki pendidikan dasar. (Suyanto, S, 2011: 17).
Perkembangan motorik halus anak dalam pendidikan di RA diperlukan untuk mengembangkan ketrampilan dan kreatifitas anak-anak, namun di Xxxxxxxxxxxxxx anak-anak  menunjukkan keterlambatan dalam keterampilan motorik halusnya dalam mencap, yang ditandai dengan kurang terampilnya siswa dalam pengembangan kreativitas menggunakan media jari jempol dalam pembelajaran. Aktivitas anak dalam keterampilan menggerakkan motorik halus dalam perkembangan mencap dari kreativitas anak masih belum terampil dengan ketidakmaksimalan ini penyebabnya adalah pengelolaan kelas, yaitu penggunaan metode dalam menumbuh kembangkan kreativitas anak dalam meningkatkan ketrampilan motorik halusnya. Pendidikan di TK dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus mempunyai kemampuan menyesuaikan metode sesuai dengan karakteristik tujuan anak yang diberi pembelajaran.
Untuk pengembangan kemampuan dasar anak dilihat dari kemampuan fisik/motoriknya maka guru-guru Xxxxxxxxxxxxxx akan membantu meningkatkan keterampilan fisik/motorik anak dalam hal memperkenalkan dan melatih gerakan motorik kasar dan halus anak, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat sehat dan terampil.
Karakteristik mengembangkan kemampuan motorik anak di Xxxxxxxxxxxxxx, melatih gerakan-gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat. Lebih lanjut dalam menentukan metode untuk mengembangkan keterampilan motorik anak, guru memperhatikan tempat kegiatan, apakah didalam ataukah diluar kelas, keterampilan apa yang hendak dikembangkan melalui berbagai kegaiatan, serta tema dan pola yang dipilih dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya untuk pengembangan motorik halus anak yang bertujuan agar anak dapat berlatih menggerakan pergelangan tangan dengan menggambar dan mewarnai atau menggunting dan menempel maka guru dapat memilih kegiatan yang dilakukan di dalam kelas. Namun, guru perlu menyediakan semua peralatan yang diperlukan setiap anak, seperti kertas, gunting pensil warna atau buku-buku untuk pola yang akan digunting anak, jumlah peralatan dan bahan diharapkan sesuai dengan jumlah anak sehingga setiap anak dapat berlatih sendiri-sendiri.
Metode yang dipergunakan adalah metode kegiatan yang dapat memacu semua kegiatan motorik yang perlu dikembangkan anak seperti untuk kegiatan motorik halus anak dapat diberikan aktivitas menggambar, melipat, membentuk, meronce, mencap dan sebagainya.
Tujuan kegiatan adalah untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak Xxxxxxxxxxxxxx dengan mencap. Dari kegiatan ini anak berlatih menggerakkan pergelangan tangan saat memegang kertas dan juga agar anak dapat menyalurkan perasaannya dan menciptakan keindahan. Topik yang dipilih adalah keterampilan mencap. Kegiatan akan dilaksanakan didalam kelas. Gurupun sudah merencanakan langkah kegiatan apa saja yang akan dilakukannya bersama anak- anak di kelas.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah perkembangan motorik halus anak tidak sesuai dengan harapan guru seperti: Melakukan kegiatan dengan satu lengan, seperti mencorat-coret dengan alat tulis, membuka halaman buku berukuran besar satu persatu, memakai dan melepas sepatu berperekat/tanpa tali, memakai dan melepas kaos kaki, memutar pegangan pintu tidak bisa sempurna, Anak kurang semangat dalam kegiatan mencap dengan berbagai media, Anak cepat bosan dalam kegiatan Mencap dengan berbagai media.
Hal itu dikarenakan Guru kurang memperhatikan perkembangan motorik halus anak, Guru tidak menggunakan metode yang bervariasi dalam kegiatan Mencap dengan berbagai media, Guru kurang bisa memilih gambar yang bervariasi untuk  kegiatan Mencap  
1.2. Rumusan Masalah        
            Dari latar belakang masalah diatas penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimanan caranya meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan Mencap  dengan berbagai media?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan Mencap  dengan berbagai media.

1.4. Manfaat Penelitian 
            Manfaat Penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.4.1. Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan dan dapat sebagai bahan perbandingan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan Mencap  dengan berbagai media.
1.4.2. Manfaat Praktis
Manfaat secara praktisnya adalah sebagai berikut;
a.    Siswa: meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan Mencap  dengan berbagai media
b.    Guru: upaya solusi bagi guru dalam kegiatan penelitian tindakan kelas demi rangka meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan Mencap  dengan berbagai media

c.    Sekolah: meningkatkan kemampuan motorik halus anak akan meningkatkan citra sekolah di mata masyarakat dan profesionalisme guru.

Jumat, 09 Desember 2016

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKIDAH–AKHLAQ SISWA MTs

   PROPOSAL

A.  Latar Belakang Masalah

 Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya menjadi orang yang berkembang secara sempurna. Mereka menginginkan anak yang dilahirkannya itu kelak orang yang sehat, kuat, berketrampilan, cerdas, pandai, dan beriman. Untuk mencapai tujuan itu, orang tualah yang menjadi pendidik pertama dan utama. Kaidah ini ditetapkan secara kodrati; artinya orang tua tidak dapat berbuat lain, mereka harus menempatkan posisi itu dalam keadaan bagaimanapun juga.[1]
1
  Anak dapat hidup dan berkembang dengan bantuan dari orang tuanya, karena anak merupakan harapan orang tua yang akan melanjutkan cita-cita dan eksistensi kehidupannya, maka orang tua dituntut memiliki kemampuan dalam merawat, menjaga keamanan, memelihara, membimbing, mendidik dan memberikan pertolongan. Dengan kemampuan orang tua tersebut anak secara berangsur-angsur dididik dan diarahkan, agar tumbuh rasa tanggung jawab, mandiri dan berprestasi. Untuk menumbuhkannya dimulai dari pemberian berbagai tugas kecil dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan rumah tangga, misalnya : membersihkan meja, merapikan tempat tidur dan lain-lain. Anak yang diberi tugas tertentu akan berkembang rasa kemandiriannya dan berkembang akalnya.
Mengenai pendidikan akal agar anak-anak memiliki akal yang cerdas serta pandai, banyak yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam membimbing dan mengarahkan anak-anaknya antara lain dengan menyekolahkan anaknya kelembaga pendidikan yang paling baik untuk mengembangkan akalnya, Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk mengerjakan sesuatu sendiri, melainkan orang tua harus menemani dan memberi bimbingan sampai ia mencapai usia yang cukup untuk bertanggung jawab. Bimbingan itu meliputi bimbingan pribadi, sosial, karier dan bimbingan belajar, bimbingan belajar sebaiknya diberikan orang sejak dini karena usia dini merupakan kesempatan emas bagi anak untuk belajar (golden age). Oleh karena itu kesempatan ini hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk proses belajar anak. Namun demikian satu hal perlu mendapatkan perhatian, bahwa orientasi belajar anak yang sesungguhnya adalah mengembangkan rasa tanggung jawab belajar. Tugas dan pekerjaan membersihkan rumah merupakan ramuan dasar untuk membantu anak belajar bertanggung jawab. Pekerjaan dan tugas adalah hal yang konkret, bagaimana, bilamana, dan oleh siapa pekerjaan harus dilakukan bisa ditentukan. Dengan demikian anak dapat mengembangkan model mental dan meningkatkan ketrampilan untuk melakukan pekerjaan atau tugas. Orang tua harus menyediakan waktu, perhatian, dukungan, dan itikad baik agar anak tidak kecewa. Setiap orang tua harus memperhatikan karakteristik anak. Anak akan mendapat pengertian mengenai pentingnya sikap bertanggung jawab melalui interaksi sehari-hari dengan orang tua, guru, dan teman-teman sebaya. Jika orang  tua dan guru bisa menyadari bahwa anak akan membuat kesalahan dan karenanya perlu diberitahu apa kesalahan serta alternatif yang bisa mereka ambil, maka anak bisa dipastikan anak akan tumbuh dewasa dengan rasa tanggung jawab yang kuat.[2]   Terlebih apa yang ditunjukkan itu mengenai belajar, maka akan tumbuh rasa tanggung jawab belajar yang benar. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 menyatakan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[3] Dikemudian hari anak akan memasuki dunia sekolah dengan banyak sikap dan kemampuan yang kompleks. Berhasil tidaknya mereka di sekolah sangat ditentukan oleh cara mereka menanggapi batasan dan aturan, serta bagaimana mereka menerima tanggung jawab. Jika anak terbiasa memiliki rasa tanggung jawab dan bimbingan belajar dari orang tua, guru di sekolah akan memberikan dukungan positif dalam mengembangkan pengetahuan dan berbagai macam kegiatan belajar baik kegiatan intrakurikuler maupun kegiatan ekstrakurikuler.
Perjalanan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan diperlukan belajar. Agar lebih efektif dalam belajar, setiap anak harus memiliki rasa kemandirian. Memiliki rasa kemandirian erat kaitannya dengan prestasi di sekolah. kemandirian anak yang telah ditanamkan dan diterimanya sejak dini oleh  orang tua akan membantu kegiatan belajar anak di sekolah lebih bermakna yakni memperoleh hasil belajar yang memuaskan semua pihak. Hasil pengamatan peneliti para Siswa di Xxxxxxxx  menunjukkan 15 siswa dari 45 siswa hasil belajar dan kemandirian dalam belajar masih kurang memuaskan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kemandirian dalam belajar (Khususnya Belajar  PAI)  dan  prestasi belajar PAI siswa. Dengan berbagai langkah  antara lain : Pemberian tugas pribadi, PR, dan menerapkan berbagai model pembelajaran tetapi belum menunjukkan hasil yang memuaskan.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik  untuk meneliti dan mengangkat permasalahan diatas dalam sebuah judul skripsi  dengan judul ” Pengaruh Bimbingan Belajar Orang Tua Terhadap Prestasi  Belajar Akidah-Akhlaq  Siswa Xxxxxxxx”.


B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman, maka penulis memberikan interpretasi terhadap judul di atas sebagai berikut:
1.    Bimbingan Orang tua
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki pribadi yang terpercaya dan pendidikan yang memadai, baik ia pria atau wanita, kepada seseorang  individu berbagai tingkat usia agar mereka dapat mengendalikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah titik-pandangnya sendiri, membantu keputusan-keputusan sendiri, dan memikul bebannya sendiri.[4]
Orang tua adalah bapak, ibu yang melahirkan” [5]. Orang tua adalah sebagai pembimbing dan pengabdi anak-anak, artinya orang tua harus selalu siap sedia memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anak dalam pertumbuhannya. [6]
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan oran tua adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang yang melahirkan yang memiliki pribadi yang terpercaya dan pendidikan yang memadai, baik ia pria atau wanita, kepada seseorang  individu berbagai tingkat usia agar mereka dapat mengendalikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah titik-pandangnya sendiri, membantu keputusan-keputusan sendiri, dan memikul bebannya sendiri.
2.    Prestasi Belajar Mata pelajaran  Akidah Akhlaq
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari usaha yang telah   dilakukan [7] Belajar ialah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang terjadi karena latihan dan pengalaman.[8]  Mata Pelajaran Akidah-Akhlaq  adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah dan merealisasikannya dalam prilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan. [9]
          Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa Prestasi Belajar Mapel Akidah Akhlaq ialah  Hasil yang telah dicapai dari perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang terjadi karena latihan dan pengalaman bagi peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah dan merealisasikannya dalam prilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.
               Jadi yang dimaksud judul Pengaruh Bimbingan Belajar Orang Tua Terhadap Prestasi  Mapel Belajar Akidah-Akhlaq  ialah bantuan yang diberikan oleh seseorang yang melahirkan yang memiliki pribadi yang terpercaya dan pendidikan yang memadai kepada seseorang  individu agar mereka mencapai perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang terjadi karena latihan dan pengalaman untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah dan merealisasikannya dalam prilaku mulia dalam kehidupan sehari-hari
C. Rumusan Masalah
            Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan penelitian ini sebagai berikut:
 1. Bagaimanakah bimbingan orang tua  di Xxxxxxxx/2011? .
2. Bagaimanakah Prestasi Belajar Akidah Akhlaq siswa Xxxxxxxx/2011?.
3. Seberapa besar pengaruh bimbingan orang tua  terhadap prestasi Belajar Mapel Akidah Akhlaq siswa Xxxxxxxx?
D.Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam peneliti ini adalah sebagai berikut :
1.Untuk mengetahui bimbingan orang tua  di Xxxxxxxx/2011
2.Untuk mengetahui  tingkat prestasi Belajar Mapel Akidah Akhlaq siswa Xxxxxxxx/2011.
3.Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh bimbingan orang tua  terhadap prestasi Belajar Mapel Akidah Akhlaq siswa Xxxxxxxx/2011     
E. Manfaat Penelitian.
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.Manfaat teoritis
 Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Menambah pengetahuan tentang pentingnya bimbingan orang tua dalam kegiatan belajar anak.
b. Menambah pengetahuan tentang pentingnya bimbingagn orang tua terhadap kemajuan Prestasi anak
c. Dapat memiliki pengetahuan tentang macam-macam bimbingan, perhatian dan Perkembangan prestasi peserta didik yang bervariasi sehingga dapat dijadikan pedoman dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran PAI di Xxxxxxxx/2011
 2. Manfaat praktis
Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi orang tua dapat dijadikan sebagai acuan dalam memberikan bimbingan terhadap  anaknya
b.   Bagi siswa Xxxxxxxxdapat menjadikan pengetahuan pentingnya bimbingan terhadap  peserta didik guna melatih kemampuan berfikir, mandiri, kompeten dan berprestasi.
F. Metodologi penelitian
               Untuk pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa tekhnik yaitu:
1. Angket
Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan angket sebagai metode yang dipilih untk mengumpulkan data. Angket memang mempunyai banyak kebaikan sebagai instrumen  pengumpulan data.[10] Angket adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada seseorang ( responden) dan cara menjawab juga  dilakukan dengan tertulis[11]
Jenis angket yang digunakan oleh peneliti adalah angket tertutup, yaitu angket yang disediakan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberi tanda centang ( V ) pada kolom atau tempat yang sesuai.[12]
Untuk mendapatkan data yang komprehensif, angket ini dibagikan kepada siswa yang menjadi responden. Angket tersebut berisi pertanyan seputar bimbingan yang dilakukan orang tuannya dalam belajar.
2. Observasi
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument. Format yang di susun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang menggambarkan kejadian.[13] Metode Observasi adalah suatu cara untuk mengumpulkan keterangan-keterangan yang diinginkan dengan mengadakan pengamatan secara langsung . peneliti mengamati kegiatan siswa baik dirumah maupun di sekolah. [14]
3. Wawancara
Di samping memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan data, dengan metode interview peneliti harus memikirkan tentang pelaksanaanya. Memberikan angket kepada responden dan menghendaki jawaban tertulis, lebih mudah jika dibandingkan dengan mengorek jawaban responden dengan tatap muka.[15] Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang mewawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.[16]
                        Wawancara dilakukan dengan berdialog dan Tanya jawab dengan kepala sekolah, orang tua siswa, guru yang bertugas, juga kepada siswa-siswi di Xxxxxxxx

4.Dokumentasi
   Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan mengunakan dokumen yang ada, dokumen dalam arti sempit foto, peta dsb. [17] Tidak kalah penting dari metode-metode lain adalah metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati[18].
G. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada sa’at fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi. Hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleks.[19]
Adapun hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian adalah :
            “ Ada pengaruh yang signifikan antara bimbingan orang tua terhadap prestasi belajar mapel akidah-akhlaq  siswa”. Dengan kata lain semakin baik bimbingan yang diberikan orang tua, maka akan semakin tinggi pula prestasi siswa, sebaliknya semakin rendah tingkat bimbingan yang diberikan oleh orang tua, maka semakin rendah pula tingkat prestasi  siswa .

H. Sistematika Penulisan.

         Didalam penulisan skripsi ini peneliti membagi ke dalam tiga bagian yaitu :
1.Bagian muka .
                           Pada bagian ini akan dimuat beberapa halaman, diantaranya adalah halaman judul, halaman persembahan, halaman motto, halaman pengesahan, halaman nota pembimbing, kata pengantar, daftar isi dan daftar tabel.
2.      Bagian Isi.
Pada bagian ini memuat lima bab, yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
Didalam bab ini merupakan pendahuluan yang terdiri dari : latar belakang masalah dan penegasan judul, perumusan masalah, alasan memilih judul, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode pengumpulan data, hipotesis dan sistematika penulisan.


BAB II : LANDASAN TEORITIS
Dalam bab ini berisi tentang Sub bab I membahas tentang bimbingan orang tua yang meliputi: pengertian bimbingan orang tua, tehnik bimbingan orang tua, dan faktor-faktor yang mempengaruhi bimbingan orang tua. Sub bab kedua, menjelaskan tentang prestasi belajar mapel akidah-akhlaq yang meliputi: pengertian prestasi, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi dan cara meningkatkan prestasi siswa. Sub ketiga hubungan bimbingan orang tua dengan prestasi belajar mapel akidah-akhlaq siswa.
BAB III: METODE PENELITIAN
        Dalam bab ini menerangkan langkah-langkah dalam penelitian agar penelitian dapat dilakukan secara sistematis dan terarah, meliputi: Pada bab ini akan diuraikan mengenai pendekatan penelitian, populasi dan sample penelitian, waktu dan tempat penelitian, pengumpulan data yang mencakup angket, observasi, wawancara, dan dokumentasi.
BAB IV:         ANALISIS PENGARUH BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAPEL AKIDAH-AKHLAQ SISWA Xxxxxxxx.
 Dalam bab ini  berisi analisis pendahuluan,  analisis uji     hipotesa,  dan analisis lanjut.
 BAB V : PENUTUP
                           Dalam bab ini  berisi kesimpulan dan saran-saran.

3. Bagian akhir.
Pada bagian ini memuat daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


[1] Ahmad tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam, (Remaja Rosda Karya: Bandung),hlm. 155
[2] Ibid. hlm. 157

[3] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta 
Kencana Prenada Media Group), 2008, hlm. 1

[4] W.S Winkel S.J., M.Sc, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Menengah, ( Jakarta: PT Gramedia, 1984), hlm. 5

[5] Arifin, Op.Cit. hlm. 7

[6] Tim dosen IKIP malang , Pengantar Didaktik Metodik PBM, (Jakarta: Rajawali Pers, 1990 ), hlm 12.
[7] Rustiyah NK., Masalah-masalah llmu Keguruan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1989), hlm 141
[8] Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2004), hlm.34
[9] Depag RI, Kurikulum Madrasah Aliyah, (Jakarta : Dirjen Binbaga Islam), hlm. 1
[10] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penlitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006,hlm. 277

[11] Suharsimi Arikunto, manajemen penelitian, , (Jakarta: Rineka Cipta, 2005),hlm. 101
[12] Op. Cit , hlm 103
[13] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penlitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 229
[14]  Margono.s. Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm. 98
[15] Ibid. hlm. 227
[16]  Suharsimi Arikunto, manajemen penelitian, , (Jakarta: Rineka Cipta, 2005),hlm. 105
[17]  Winarno surakhmad, metode penelitian ilmiah, (bandung : Tarsito, 1991), hlm 13
[18] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penlitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 231
   [19]  Moh .Nazir, Metode Penelitian , (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005) , hlm 151