SKRIPSI PTK PENDIDIKAN OTOMOTIF TARBIYAH PAI SYARIAH EKONOMI untuk info lebih lanjut: 081226975287
Skripsi adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan suatu karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian sarjana S1 yang membahas suatu permasalahan/fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku. skripsi membuat mahasiswa menjadi pintar, cerdas, kreatif, dinamis kompetitif, berpikir empirik dan rasional . untuk lebih lanjut Call: 081226975287
Minggu, 18 Februari 2018
Sabtu, 10 Desember 2016
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENCOCOK DENGAN BERBAGAI POLA DI KELOMPOK A RA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu amanat luhur yang tercantum
dalam UUD 1945 adalah,
"Mencerdaskan Kehidupan Bangsa." Setiap manusia memiliki potensi/bakat
kecerdasan, tanggung jawab pendidik untuk memupuk dan mengembangkan secara sistematis. Langkah pemerintah
untuk mewujudkan UUD 1945 tersebut
adalah
dengan membuat UU. No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal 1 butir 14 yang
bunyinya : “Pendidikan Anak Usia Dini” adalah pembinaan untuk anak usia 0-6 tahun yang dilakukan dengan stimulasi
pendidikan untuk membantu
pertumbuhan
jasmani dan rohani agar anak siap untuk mengikuti pendidikan selanjutnya. Pada usia 0-6 tahun (menurut UU.
no. 20 tahun 2003) atau 0-8 tahun (menurut para
pakar) adalah usia keemasan karena pada usia ini perkembangan otak
percepatannya mencapai
80 % dari keseluruhan otak orang dewasa. (A. Ruhan, 2009:22)
Anak usia 0-6 tahun merupakan sosok individu yang sedang berada
dalam proses perkembangan. Masa balita adalah masa emas (golden age)
dalam rentang perkembangan seorang individu. Pada masa ini, anak mengalami
tumbuh kembang yang luar biasa, baik dari segi fisik motorik, emosi, kognitif
maupun psikososial. Selain itu ditambah pula dengan kesenangannya dalam
bereksplorasi dan seperti tak mengenal rasa takut, maka segala gerakan yang
diajarkan pada anak akan dianggap sebagai satu permainan yang menyenangkan.
Perkembangan anak berlangsung dalam proses yang holistik atau menyeluruh.
Karena itu pemberian stimulasinya pun perlu berlangsung dalam kegiatan yang
holistik. Bahkan dapat dikatakan perkembangan setiap aspek
kejiwaan anak pada masa ini sangat didominasi oleh pengamatannya. Soemanto
(2003:68)
Catron dan Allen dalam Yuliana
Rurani, Sujiono (1999 : 23-26) menyebutkan bahwa terdapat 6 (enam) aspek
perkembangan anak usia dini, yaitu kesadaran personal, kesehatan emosional,
sosialisasi, komunikasi, kognisi dan ketrampilan motorik sangat penting dan
harus di pertimbangkan sebagai fungsi interaksi.
Bermain dapat memacu perkembangan
perseptual motorik pada beberapa area yaitu (1) Koordinasi mata-tangan, atau
mata kaki, seperti saat menggambar, menulis, manipulasi objek, mencari jejak
secara visual, melempar, menangkap, menendang. (2) Kemampuan motorik kasar,
seperti gerak tubuh ketika berjalan, melompat, berbaris, meloncat, berlari,
berjingkat, berguling-guling, merayap dan merangkak, (3) Kemampuan bukan
motorik kasar (statis) seperti menekuk, meraih, bergiliran, memutar,
meregangkan tubuh, jongkok, duduk, berdiri, bergoyang (4) Manajemen tubuh dan
kontrol seperti menunjukkan kepekaan tubuh, kepekaan akan tempat, keseimbangan,
kemampuan untuk memulai, berhenti, mengubah petunjuk Catron dan Allen, dalam
Yuliana Rurani, Sujiono (1999 : 287-304).
Di kelompok A Xxxxxxxxxxxxxxmasih
banyak anak yang kurang berminat pada aktifitas kegiatan motorik halus,
terutama dalam mencocok karena anak di Xxxxxxxxxxxxxxmasih
ada perasaan takut dan kurang berani dalam mencocok dengan jarum. Padahal pada
perkembangan seorang manusia, perkembangan motorik halus memegang peran yang
sama pentingnya dengan perkembangan kognisi, perilaku sosial, dan kepribadian.
Kemampuan motorik halus yang baik pada diri seseorang akan memudahkan seseorang
tersebut untuk beraktifitas. Demikian juga halnya kemampuan motorik halus pada
anak, sangat penting sekali dikembangkan.
Perkembangan motorik halus anak di
Xxxxxxxxxxxxxxdilakukan melalui kegiatan
meronce, mencocok, melipat, menggunting, menempel dan sebagainya. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan peneliti, 28 anak kelompok A Xxxxxxxxxxxxxxkemampuan motorik halusnya masih
kurang dari yang diharapkan guru. Hal ini dapat dilihat dari hasil anak,
khususnya dalam mencocok yang masih belum beraturan dan hasil kegiatan mencocok
yang masih berantakan dan kurang rapi. Salah satu kegiatan yang dapat diberikan
kepada anak untuk mengembangkan motorik halusnya adalah mencocok karena dalam mencocok
dapat melatih kordinasi mata, tangan dan konsentrasi serta lancar menulis dan
mengasah kognitif anak. Dengan demikian judul penelitian ini adalah Meningkatkan Kemampuan Motorik
Halus Anak Melalui Kegiatan Mencocok Dengan Berbagai Pola Di Kelompok A RA Xxxxxxxxxxxxxx.
Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan dalam penelitian ini
adalah: Motorik halus anak tidak sesuai dengan harapan guru
seperti: Melakukan
kegiatan dengan satu lengan, seperti mencorat-coret dengan alat tulis, Membuka halaman buku berukuran besar
satu persatu, Memakai dan melepas sepatu berperekat/tanpa tali, Memakai dan melepas kaos kaki, Memutar pegangan pintu tidak bias sempurna, Anak
kurang semangat dalam kegiatan mencocok dengan berbagai pola, Anak cepat
bosan dalam kegiatan mencocok berbagai pola.
Hal itu karena Guru tidak menggunakan
metode yang bervariasi dalam kegiatan mencocok dengan berbagai pola, Guru
kurang bisa memilih gambar yang bervariasi untuk kegiatan mencocok.
B.
Rumusan Masalah
Dari analisis permasalahan diatas penulis membuat
rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimanan caranya meningkatkan kemampuan
motorik halus anak melalui kegiatan mencocok dengan berbagai pola?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui
kegiatan mencocok dengan berbagai pola.
D.
Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.
Manfaat
Teorits
Menambah pengetahuan dan dapat sebagai bahan
perbandingan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui
kegiatan mencocok dengan berbagai pola
2. Manfaat Praktis
Manfaat secara praktisnya adalah sebagai berikut;
a.
Siswa:
meningkatkan meningkatkan kemampuan
motorik halus anak melalui kegiatan mencocok dengan berbagai pola
b.
Guru: upaya
solusi bagi guru dalam kegiatan penelitian tindakan kelas dalam rangka meningkatkan meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui
kegiatan mencocok dengan berbagai pola
c.
Sekolah:
meningkatkan kemampuan motorik halus anak akan meningkatkan citra sekolah di mata masyarakat dan profesionalisme
guru
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENCAP DENGAN MENGGUNAKAN BERBAGAI MEDIA PADA ANAK DIDIK KELOMPOK A RA
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan Anak Usia Dini adalah
suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Perkembangan motorik adalah gerakan
yang menggunakan otot-otot halus yang berkoordinasi dengan otak dalam melakukan
sesuatu kegiatan. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh
melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal
cord. Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau
sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar
dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan,
mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Lewat
bermain terjadi stimulasi pertumbuhan otot-ototnya ketika anak melompat,
melempar, atau berlari. Selain itu anak bermain dengan menggunakan seluruh
emosi, perasaan, dan pikiranya. (must-august.blogspot.com/si-pemanfaatan-media.html).
Pendidikan di
Taman kanak-kanak (TK) di laksanakan dengan prinsip
“Bermain sambil belajar, atau belajar seraya bermain”. Sesuai dengan
perkembangan, oleh sebab itu diharapkan seorang pendidik yang kreatif dan
inovatif agar anak
bisa merasa senang, tenang, aman dan nyaman selama dalam proses belajar
mengajar. Karena bermain merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran. (
Prasetyono, 2008:23)
Dalam standar kompetensi kurikulum RA
tercantum bahwa tujuan pendidikan ditaman kanak-kanak adalah membantu
mengembangkan berbagai potensi anak baik psikis dan fisik yang meliputi moral
dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik,
kemandirian, dan seni untuk memasuki pendidikan dasar. (Suyanto, S, 2011: 17).
Perkembangan motorik halus anak dalam pendidikan di RA diperlukan
untuk mengembangkan ketrampilan dan kreatifitas anak-anak, namun di Xxxxxxxxxxxxxx
anak-anak menunjukkan keterlambatan
dalam keterampilan motorik halusnya dalam mencap, yang ditandai dengan kurang terampilnya
siswa dalam pengembangan kreativitas menggunakan media jari jempol dalam
pembelajaran. Aktivitas anak dalam keterampilan menggerakkan motorik halus
dalam perkembangan mencap dari kreativitas anak masih belum terampil dengan
ketidakmaksimalan ini penyebabnya adalah pengelolaan kelas, yaitu penggunaan
metode dalam menumbuh kembangkan kreativitas anak dalam meningkatkan
ketrampilan motorik halusnya. Pendidikan di TK dalam pelaksanaan pembelajaran
guru harus mempunyai kemampuan menyesuaikan metode sesuai dengan karakteristik
tujuan anak yang diberi pembelajaran.
Untuk pengembangan kemampuan dasar
anak dilihat dari kemampuan fisik/motoriknya maka guru-guru Xxxxxxxxxxxxxx akan membantu
meningkatkan keterampilan fisik/motorik anak dalam hal memperkenalkan dan
melatih gerakan motorik kasar dan halus anak, meningkatkan kemampuan mengelola,
mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh
dan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat
sehat dan terampil.
Karakteristik mengembangkan
kemampuan motorik anak di Xxxxxxxxxxxxxx,
melatih gerakan-gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola,
mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh
dan cara hidup sehat. Lebih lanjut dalam menentukan metode untuk mengembangkan keterampilan
motorik anak, guru memperhatikan tempat kegiatan, apakah didalam ataukah diluar
kelas, keterampilan apa yang hendak dikembangkan melalui berbagai kegaiatan,
serta tema dan pola yang dipilih dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya untuk
pengembangan motorik halus anak yang bertujuan agar anak dapat berlatih
menggerakan pergelangan tangan dengan menggambar dan mewarnai atau menggunting
dan menempel maka guru dapat memilih kegiatan yang dilakukan di dalam kelas.
Namun, guru perlu menyediakan semua peralatan yang diperlukan setiap anak,
seperti kertas, gunting pensil warna atau buku-buku untuk pola yang akan
digunting anak, jumlah peralatan dan bahan diharapkan sesuai dengan jumlah anak
sehingga setiap anak dapat berlatih sendiri-sendiri.
Metode yang dipergunakan adalah
metode kegiatan yang dapat memacu semua kegiatan motorik yang perlu
dikembangkan anak seperti untuk kegiatan motorik halus anak dapat diberikan
aktivitas menggambar, melipat, membentuk, meronce, mencap dan sebagainya.
Tujuan kegiatan adalah untuk
mengembangkan kemampuan motorik halus anak Xxxxxxxxxxxxxx
dengan mencap.
Dari kegiatan ini anak berlatih menggerakkan pergelangan tangan saat memegang
kertas dan juga agar anak dapat menyalurkan perasaannya dan menciptakan
keindahan. Topik yang dipilih adalah keterampilan mencap. Kegiatan akan dilaksanakan didalam
kelas. Gurupun sudah merencanakan langkah kegiatan apa saja yang akan
dilakukannya bersama anak- anak di kelas.
Permasalahan
dalam penelitian ini adalah perkembangan motorik halus anak tidak sesuai dengan harapan guru seperti: Melakukan kegiatan dengan satu
lengan, seperti mencorat-coret dengan alat tulis, membuka halaman buku berukuran besar
satu persatu, memakai dan melepas sepatu berperekat/tanpa tali, memakai dan melepas kaos kaki, memutar pegangan pintu tidak bisa sempurna, Anak
kurang semangat dalam kegiatan mencap dengan berbagai media, Anak cepat bosan dalam kegiatan Mencap dengan berbagai media.
Hal
itu dikarenakan Guru kurang
memperhatikan perkembangan motorik halus anak,
Guru tidak menggunakan metode yang bervariasi dalam
kegiatan Mencap dengan berbagai media, Guru kurang bisa memilih gambar yang bervariasi
untuk kegiatan Mencap
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas penulis membuat rumusan masalah sebagai
berikut: Bagaimanan caranya meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui
kegiatan Mencap dengan berbagai media?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus
anak melalui kegiatan Mencap dengan
berbagai media.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.4.1. Manfaat
Teoritis
Menambah pengetahuan dan dapat sebagai bahan perbandingan
untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui
kegiatan Mencap dengan berbagai media.
1.4.2. Manfaat
Praktis
Manfaat
secara praktisnya adalah sebagai berikut;
a.
Siswa: meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui
kegiatan Mencap dengan berbagai media
b.
Guru: upaya
solusi bagi guru dalam kegiatan penelitian tindakan kelas demi rangka
meningkatkan kemampuan motorik halus anak
melalui kegiatan Mencap dengan berbagai media
c.
Sekolah:
meningkatkan kemampuan motorik halus anak akan
meningkatkan citra sekolah di mata masyarakat dan profesionalisme guru.
Jumat, 09 Desember 2016
PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKIDAH–AKHLAQ SISWA MTs
PROPOSAL
A.
Latar Belakang Masalah
Setiap
orang tua tentu menginginkan anaknya menjadi orang yang berkembang secara
sempurna. Mereka menginginkan anak yang dilahirkannya itu kelak orang yang
sehat, kuat, berketrampilan, cerdas, pandai, dan beriman. Untuk mencapai tujuan
itu, orang tualah yang menjadi pendidik pertama dan utama. Kaidah ini
ditetapkan secara kodrati; artinya orang tua tidak dapat berbuat lain, mereka
harus menempatkan posisi itu dalam keadaan bagaimanapun juga.[1]
1
|
Mengenai pendidikan akal agar anak-anak
memiliki akal yang cerdas serta pandai, banyak yang dapat dilakukan oleh orang
tua dalam membimbing dan mengarahkan anak-anaknya antara lain dengan
menyekolahkan anaknya kelembaga pendidikan yang paling baik untuk mengembangkan
akalnya, Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk
mengerjakan sesuatu sendiri, melainkan orang tua harus menemani dan memberi
bimbingan sampai ia mencapai usia yang cukup untuk bertanggung jawab. Bimbingan
itu meliputi bimbingan pribadi, sosial, karier dan bimbingan belajar, bimbingan
belajar sebaiknya diberikan orang sejak dini karena usia dini merupakan
kesempatan emas bagi anak untuk belajar (golden age). Oleh karena itu
kesempatan ini hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk proses belajar anak.
Namun demikian satu hal perlu mendapatkan perhatian, bahwa orientasi belajar
anak yang sesungguhnya adalah mengembangkan rasa tanggung jawab belajar. Tugas dan pekerjaan membersihkan rumah merupakan ramuan dasar untuk
membantu anak belajar bertanggung jawab. Pekerjaan dan tugas adalah hal yang
konkret, bagaimana, bilamana, dan oleh siapa pekerjaan harus dilakukan bisa
ditentukan. Dengan demikian anak dapat mengembangkan model mental dan
meningkatkan ketrampilan untuk melakukan pekerjaan atau tugas. Orang tua harus
menyediakan waktu, perhatian, dukungan, dan itikad baik agar anak tidak kecewa.
Setiap orang tua harus memperhatikan karakteristik anak. Anak akan mendapat
pengertian mengenai pentingnya sikap bertanggung jawab melalui interaksi
sehari-hari dengan orang tua, guru, dan teman-teman sebaya. Jika orang tua dan guru bisa menyadari bahwa anak akan
membuat kesalahan dan karenanya perlu diberitahu apa kesalahan serta alternatif
yang bisa mereka ambil, maka anak bisa dipastikan anak akan tumbuh dewasa
dengan rasa tanggung jawab yang kuat.[2] Terlebih apa yang ditunjukkan itu mengenai
belajar, maka akan tumbuh rasa tanggung jawab belajar yang benar. Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 menyatakan bahwa
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.[3]
Dikemudian hari anak akan memasuki dunia sekolah dengan banyak sikap dan
kemampuan yang kompleks. Berhasil tidaknya mereka di sekolah sangat ditentukan
oleh cara mereka menanggapi batasan dan aturan, serta bagaimana mereka menerima
tanggung jawab. Jika anak terbiasa memiliki rasa tanggung jawab dan bimbingan
belajar dari orang tua, guru di sekolah akan memberikan dukungan positif dalam
mengembangkan pengetahuan dan berbagai macam kegiatan belajar baik kegiatan
intrakurikuler maupun kegiatan ekstrakurikuler.
Perjalanan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan diperlukan belajar.
Agar lebih efektif dalam belajar, setiap anak harus memiliki rasa kemandirian.
Memiliki rasa kemandirian erat kaitannya dengan prestasi di sekolah.
kemandirian anak yang telah ditanamkan dan diterimanya sejak dini oleh orang tua akan membantu kegiatan belajar anak
di sekolah lebih bermakna yakni memperoleh hasil belajar yang memuaskan semua
pihak. Hasil pengamatan peneliti para Siswa di Xxxxxxxx menunjukkan 15 siswa dari 45 siswa hasil
belajar dan kemandirian dalam belajar masih kurang memuaskan. Berbagai upaya
telah dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kemandirian dalam belajar (Khususnya
Belajar PAI) dan
prestasi belajar PAI siswa. Dengan berbagai langkah antara lain : Pemberian tugas pribadi, PR, dan
menerapkan berbagai model pembelajaran tetapi belum menunjukkan hasil yang
memuaskan.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti dan mengangkat permasalahan
diatas dalam sebuah judul skripsi dengan
judul ” Pengaruh Bimbingan Belajar Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Akidah-Akhlaq Siswa Xxxxxxxx”.
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman, maka penulis memberikan
interpretasi terhadap judul di atas sebagai berikut:
1.
Bimbingan Orang tua
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang
yang memiliki pribadi yang terpercaya dan pendidikan yang memadai, baik ia pria
atau wanita, kepada seseorang individu berbagai tingkat usia agar mereka
dapat mengendalikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah
titik-pandangnya sendiri, membantu keputusan-keputusan sendiri, dan memikul
bebannya sendiri.[4]
Orang tua adalah bapak,
ibu yang melahirkan” [5].
Orang tua adalah sebagai pembimbing dan pengabdi anak-anak, artinya orang tua
harus selalu siap sedia memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anak dalam
pertumbuhannya. [6]
Dari pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa bimbingan oran tua adalah bantuan yang diberikan
oleh seseorang yang melahirkan yang memiliki pribadi
yang terpercaya dan pendidikan yang memadai, baik ia pria atau wanita, kepada
seseorang individu berbagai tingkat usia agar mereka dapat mengendalikan
kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah titik-pandangnya
sendiri, membantu keputusan-keputusan sendiri, dan memikul bebannya sendiri.
2.
Prestasi Belajar Mata pelajaran Akidah Akhlaq
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari
usaha yang telah dilakukan [7] Belajar ialah perubahan tingkah laku yang relatif tetap
yang terjadi karena latihan dan pengalaman.[8]
Mata Pelajaran Akidah-Akhlaq adalah
upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati dan mengimani Allah dan merealisasikannya dalam prilaku
akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan. [9]
Dari beberapa teori diatas dapat
disimpulkan bahwa Prestasi Belajar Mapel Akidah Akhlaq ialah Hasil yang telah dicapai dari perubahan
tingkah laku yang relatif tetap yang terjadi karena latihan dan pengalaman bagi peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati dan mengimani Allah dan merealisasikannya dalam prilaku akhlak mulia
dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi yang dimaksud judul Pengaruh Bimbingan Belajar
Orang Tua Terhadap Prestasi Mapel
Belajar Akidah-Akhlaq ialah bantuan yang diberikan
oleh seseorang yang melahirkan yang memiliki pribadi
yang terpercaya dan pendidikan yang memadai kepada seseorang individu
agar mereka mencapai perubahan tingkah laku
yang relatif tetap yang terjadi karena latihan dan pengalaman untuk mengenal, memahami, menghayati dan
mengimani Allah dan merealisasikannya dalam prilaku mulia dalam kehidupan
sehari-hari
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan
batasan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah bimbingan
orang tua di Xxxxxxxx/2011? .
2. Bagaimanakah Prestasi Belajar Akidah Akhlaq siswa Xxxxxxxx/2011?.
3. Seberapa besar pengaruh bimbingan orang tua terhadap prestasi Belajar Mapel Akidah Akhlaq
siswa Xxxxxxxx?
D.Tujuan
Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam peneliti ini adalah
sebagai berikut :
1.Untuk mengetahui bimbingan orang tua di Xxxxxxxx/2011
2.Untuk mengetahui tingkat prestasi Belajar Mapel Akidah Akhlaq
siswa Xxxxxxxx/2011.
3.Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh bimbingan
orang tua terhadap prestasi Belajar Mapel
Akidah Akhlaq siswa Xxxxxxxx/2011
E. Manfaat Penelitian.
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.Manfaat teoritis
Manfaat teoritis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Menambah pengetahuan tentang pentingnya bimbingan
orang tua dalam kegiatan belajar anak.
b. Menambah pengetahuan tentang pentingnya bimbingagn
orang tua terhadap kemajuan Prestasi anak
c. Dapat memiliki pengetahuan tentang
macam-macam bimbingan, perhatian dan Perkembangan prestasi peserta didik yang
bervariasi sehingga dapat dijadikan pedoman dalam mengembangkan kegiatan
pembelajaran PAI di Xxxxxxxx/2011
2.
Manfaat praktis
Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
:
a. Bagi orang tua dapat dijadikan sebagai
acuan dalam memberikan bimbingan terhadap anaknya
b. Bagi siswa Xxxxxxxxdapat menjadikan
pengetahuan pentingnya bimbingan terhadap peserta didik guna melatih kemampuan berfikir,
mandiri, kompeten dan berprestasi.
F. Metodologi penelitian
Untuk
pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa tekhnik yaitu:
1. Angket
Sebagian besar
penelitian umumnya menggunakan angket sebagai metode yang dipilih untk
mengumpulkan data. Angket memang mempunyai banyak kebaikan sebagai
instrumen pengumpulan data.[10] Angket
adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada seseorang
( responden) dan cara menjawab juga
dilakukan dengan tertulis[11]
Jenis angket yang
digunakan oleh peneliti adalah angket tertutup, yaitu angket yang disediakan
dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberi tanda centang (
V ) pada kolom atau tempat yang sesuai.[12]
Untuk mendapatkan
data yang komprehensif, angket ini dibagikan kepada siswa yang menjadi
responden. Angket tersebut berisi pertanyan seputar bimbingan yang dilakukan
orang tuannya dalam belajar.
2. Observasi
Dalam menggunakan
metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format
atau blangko pengamatan sebagai instrument. Format yang di susun berisi
item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang menggambarkan kejadian.[13] Metode
Observasi adalah suatu cara untuk mengumpulkan keterangan-keterangan yang
diinginkan dengan mengadakan pengamatan secara langsung . peneliti mengamati kegiatan
siswa baik dirumah maupun di sekolah. [14]
3. Wawancara
Di samping
memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan data, dengan metode interview
peneliti harus memikirkan tentang pelaksanaanya. Memberikan angket kepada
responden dan menghendaki jawaban tertulis, lebih mudah jika dibandingkan
dengan mengorek jawaban responden dengan tatap muka.[15]
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
yang mewawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.[16]
Wawancara
dilakukan dengan berdialog dan Tanya jawab dengan kepala sekolah, orang tua
siswa, guru yang bertugas, juga kepada siswa-siswi di Xxxxxxxx
4.Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data
dengan mengunakan dokumen yang ada, dokumen dalam arti sempit foto, peta dsb. [17] Tidak kalah penting dari metode-metode lain adalah
metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, prasasti, notulen
rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Dibandingkan dengan metode lain, maka
metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber
datanya masih tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati
bukan benda hidup tetapi benda mati[18].
G. Hipotesis
Hipotesis adalah
pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana
adanya, pada sa’at fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam
verifikasi. Hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan
fenomena-fenomena yang kompleks.[19]
Adapun hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian
adalah :
“ Ada pengaruh yang signifikan antara bimbingan
orang tua terhadap prestasi belajar mapel akidah-akhlaq siswa”. Dengan kata lain semakin baik bimbingan
yang diberikan orang tua, maka akan semakin tinggi pula prestasi siswa,
sebaliknya semakin rendah tingkat bimbingan yang diberikan oleh orang tua, maka
semakin rendah pula tingkat prestasi siswa .
H. Sistematika Penulisan.
Didalam penulisan skripsi ini
peneliti membagi ke dalam tiga bagian yaitu :
1.Bagian muka .
Pada
bagian ini akan dimuat beberapa halaman, diantaranya adalah halaman judul,
halaman persembahan, halaman motto, halaman pengesahan, halaman nota
pembimbing, kata pengantar, daftar isi dan daftar tabel.
2.
Bagian Isi.
Pada bagian ini memuat
lima bab, yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
Didalam bab ini merupakan
pendahuluan yang terdiri dari : latar belakang masalah dan penegasan judul,
perumusan masalah, alasan memilih judul, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metode pengumpulan data, hipotesis dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORITIS
Dalam bab ini berisi tentang Sub bab I membahas tentang bimbingan
orang tua yang meliputi: pengertian bimbingan orang tua, tehnik bimbingan
orang tua, dan faktor-faktor yang mempengaruhi bimbingan orang tua. Sub bab
kedua, menjelaskan tentang prestasi belajar mapel akidah-akhlaq yang meliputi:
pengertian prestasi, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi dan cara
meningkatkan prestasi siswa. Sub ketiga hubungan bimbingan orang tua dengan prestasi belajar
mapel akidah-akhlaq siswa.
BAB III: METODE PENELITIAN
Dalam bab
ini menerangkan langkah-langkah dalam penelitian agar penelitian dapat
dilakukan secara sistematis dan terarah, meliputi: Pada bab ini akan diuraikan mengenai pendekatan penelitian, populasi dan
sample penelitian, waktu dan tempat penelitian, pengumpulan data yang mencakup
angket, observasi, wawancara, dan dokumentasi.
BAB IV: ANALISIS
PENGARUH BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAPEL AKIDAH-AKHLAQ
SISWA Xxxxxxxx.
Dalam bab ini berisi analisis pendahuluan, analisis uji hipotesa,
dan analisis lanjut.
BAB V : PENUTUP
Dalam
bab ini berisi kesimpulan dan
saran-saran.
3. Bagian akhir.
Pada bagian ini memuat
daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
[1] Ahmad
tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam, (Remaja Rosda Karya:
Bandung),hlm. 155
[2] Ibid. hlm. 157
[3] Wina
Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta
Kencana
Prenada Media Group), 2008, hlm. 1
[4] W.S Winkel S.J., M.Sc, Bimbingan dan Penyuluhan di
Sekolah Menengah, ( Jakarta: PT Gramedia, 1984), hlm. 5
[5] Arifin, Op.Cit. hlm. 7
[6] Tim dosen IKIP malang , Pengantar
Didaktik Metodik PBM, (Jakarta: Rajawali Pers, 1990 ), hlm 12.
[7] Rustiyah NK., Masalah-masalah llmu Keguruan, (Jakarta:
Bumi Aksara, 1989), hlm 141
[8] Mustaqim, Psikologi Pendidikan,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2004), hlm.34
[9] Depag RI, Kurikulum Madrasah Aliyah, (Jakarta :
Dirjen Binbaga Islam), hlm. 1
[10] Suharsimi
Arikunto, Prosedur Penlitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006,hlm. 277
[11] Suharsimi
Arikunto, manajemen penelitian, , (Jakarta: Rineka Cipta, 2005),hlm. 101
[12] Op. Cit , hlm
103
[13] Suharsimi Arikunto, Prosedur
Penlitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 229
[14]
Margono.s. Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm. 98
[15] Ibid. hlm. 227
[16] Suharsimi
Arikunto, manajemen penelitian, , (Jakarta: Rineka Cipta, 2005),hlm. 105
[17] Winarno surakhmad, metode penelitian ilmiah, (bandung : Tarsito,
1991), hlm 13
[18] Suharsimi Arikunto, Prosedur
Penlitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 231
Langganan:
Postingan (Atom)